Thursday 26 June 2014

Puisi Kita - Untitle


Betapa aku merindukan rumah
Tempat singgah setiap harinya
Melepas semua penat
Mencurahkan isi kalbu

Mama, kau sangat berharga
Begitu berharganya dirimu
Emas dan berlian pun tak cukup untukmu
Bumi dan seisinya pun tidak bisa menggantikanmu
Bahkan alam semesta pun tak akan bisa menggantikan kehangatanmu

Aku menyayangimu
Aku mencintaimu

Di seti sujudku, kulantunkan do'a untukmu
Tetes air mata selalu membasahi
Setiap benak ini mengingat bayangmu
Yang tidak ada duanya di bumi ini
Apa lagi tiga di sini

Kalau kosong ku mungkin mati
Hanya kamu di hatiku
Tiada lain
Tiada bukan hanya bayangmu

Oh, kekasih...
Di mana lagi air yang senantiasa sejukanku
Di mana lagi kutemukan sinar itu
Sinar yang ada dalam hidupku

Tuesday 24 June 2014

Puisi Kita - Februari-April


Oh, Februari, betapa sialnya aku
Mengapa harus aku yag mengalaminya
Tak kusangka kau pergi bagaikan angin lalu
Tanpa meninggalkan jejak
Tanpa sedikit pun pesan
Meninggalkanku sendiri di tengah kesunyian
Membuatku bingung apa yang harus kulakukan

Aku sedih, aku gundah
Aku hilang arah
Tapi sedikit cahaya mengenai hatiku
Engkau yang sore itu datang padaku

Tak kusangka kaulah yang aku cari
Sungguh gembira hati ini mengetahui
Bahwa dirimu Arjuna penjemput Srikandi

Hati melayang tak bersayap, terhayut dalam angan
Angan akan bayangmu
Yang semakin terngiang
Setiap hari, setiap waktu
Terus berjalan bahkan berputar
Sampai pusing..

Oh, April, april mop
Waktu orang-orang usil
Dan (kau buatku)* tetap tangguh

*tulisan kurang jelas, kebacanya ini

Puisi Kita - Perut


Perut...
Engkau merupakan tempatku merasa kenyang
Kau buatku melupakan kerinduan
Sampai kau sadar kelaparan ini tiada usai

Perut...
Tahukah kau?
Merananya diri ini
Menahan sesuatu yang tak dapat diungkapkan

Perutku...
Engkau begitu indah
Indah tiada tara
Yang tak ada duanya
Apalagi jika perutku digoyangkan
Menimbulkan rasa yang tak terjelaskan
Suara aneh pun terdengar

Perut...
Engkau.. Ah!
Sulit kuungkapkan
Aku tidak mempunyai kata yang tepat

Minta diisi lagi katamu?
Isi aja pake BBM
Biar bisa lari kenceng
Tapi kau lah pusat kehidupan

Puisi Kita - Perjuanganku


Ketika kuberpijak di tanah ini
Kupikirkan apa yang kan kulakukan
Tetapi aku tidak pernah menemukan jawabannya

Mengapa? Apa yang salah denganku?
Aku tak mengerti

Mungkin inilah awal dari masa depan
Kurengkuh puluhan mentari impianku
Dengan semangat yang penuh

Entah apa daya aku ini
Keluh dan peluh
Menghadapi UH ini
UH yang tak ada habis-habisnya
Tapi itulah kodrat yang tertulis

Oh, UH! Kapankah engkau selesai?
Tak tahukah dirimu betapa dalam kau sakiti otak ini
Menyakitkan ketika kau lakukan itu

Sakit yang tak berujung
Hingga pikiranku kacau
Kacau balau tak terkendali
Sampai tak tahan lagi

Ingin berak..
Di hati ini..
Bukan di hati itu..

Puisi Kita - Waktu


Hari-hari terus berlalu
Berubah menjadi Minggu
Kembali dan berputar lagi ke Minggu
Dan begitu seterusnya, Minggu-minggu kulalui

Minggu berganti bulan, bula berganti tahun
Tahun pun menjadi asaku. Sungguh penyesalan kulalui
Tak sanggup mulut ini bersua
Hanya hati mengerang-erang
Hati yang mengeluh kesah
Putus asa

Hingga..
Tak tahu harus kemana
Seakan tak berguna

Penantianku..
Yang telah lama ini..
Pasti akan berakhir
Berakhir denfmgan pasti

Ketika itu terjadi betapa leganya diriku
Membuat segalanya berubah
Yakinkanku kembali untuk menatap pagi
Pagi yang begitu cerah
Menjadikan hariku kembali menjadi indah
Membawa kembali senyuman yang merekah
Yang sempat hilang entah kemana

Puisi Kita - Spirit, Inspirasi, Inovasi


Ulangan menumpuk, tugas menumpuk, pikiran tertumbuk..
Hati berkata "kuatkah aku?"
Kupandangi pepohonan di luar jendela, khawatir

Apakah ku kan maju atau jatuh?
Hatiku berkata.. MAJUUU!

Namun kau terus saja menahan langkahku
Cukup, kau terlalu menekanku
Dalam suasana tegang ini

Sampai kapan harus begini?
Aku tak tahan lagi, Tuhan
Berikan aku SPIRIT
Aku harus kuat
Tak boleh menyerah

Walau aku tahu
Aku sangat lemah
Tak bisa melakukan apa-apa
Aku tetap berusaha
Karena ku tahu bumi tidak akan berhenti berputar
Tak kan pernah diam

Ku jalani hari, meraih itu
Mencoba untuk menata langkahku
Mencari inspirasi
Mencari inovasi

Puisi Kita - Puisi dari 24 Teman


Semburat merah senja ynag indah
Sang surya yang mulai muncul
Hatiku entah kemana rasanya
Membawa mata ke sana ke sini

Hatiku terenyuh mengingat hal itu
Hal yang tak ingin kuingat kembali ke dalam memori
Memoriku terus berdentang, sunyi senyap kurasa

Dan kabut kerinduan kembali menyeruak
Malam pun semakin gulita menggelap

Bintang meyinari malam ini
Bulan menampakkan keagungannya
Langit bagaikan lukisan Sang Maha Karya
Dalam gelap gulita
Yang sunyi ini

Spektrum aurora yang menggoda
Membuat hati merona
Membuatku ingin meraihnya
Untuk menerangi hatiku yang gelap
Dan mewarnai hari-hariku
Dan melengkapi serpihan hati yang remuk
Hati yang hancur

Kembali bersemi, bagai tulip di musim semi
Mencerahkan hariku kembali

Puisi Kita - Sakit


Tak kusangka kan jadi begini
Kau menusukku dari belakang
Sungguh hina sukapmu itu

Namun hati ini tak juga luluh
Tega sekali hati terperih seperti ini
Hati yang penuh dengan kesedihan

Kau hancurkan segalanya
Berkeping-keping tak bersisa
Bagai butiran debu

Tak kusangka, kau gunting dalam lipatan
Kau menusuk bagai api dalam sekam
Membara di dalam hati yang muram
Membusuk bagai bangkai
Bau bagai sampah
Menghancurkan segalanya
Mumusnahkan kesedihan dalam hati
Menggoreskan luka yang begitu dalam
Dalam, lebih dalam dari lautan dalam

Dan kau pergi tanpa belas kasih
Meninggalkanku sendiri dalam sepi
Sepi yang sama dengan sunyi
Sunyi yang terus menghampiri
Hingga kugosok dengan LPG

Puisi Kita - Di Bumi


Mulai berpijak
Perlahan namun pasti kulihat
Menuju ke arah yang hebat
Kita selalu melihat
Sesuatu yang tersirat
Dalam kata yang tak berujung

Hingga akhirnya kusadari
Bahwa kita pasti bisa!
Perjuangan ini belum berakhir
Dan pasir pun akan jadi batu lagi
Gunung menciut menjadi padang asa

Air yang mengalir
Menampakkan ketenangan
Setenang telaga mata air pagi
Di saat hilangnya kesunyian...

Perlahan ku berpijak
Sembari shuffle di bumi
Lalu melakukan dance di laut

Dengan percaya diri ku berdansa
Dengan seorang penari yang luar biasa
Bergerak ke kiri dan ke kanan
Seperti lagu potong bebek angsa
Yang dinyanyikan dengan ceria

Puisi Kita - Hancur


Mendung pagi mengawali hari ini
Warna langit tak ceria
Burung terdiam tak bernyanyi
Raut wajah mengharu biru

Hujan yang mulai turun
Membasahi relung hatiku
Alangkah nyaman hati yang terbuai
Terbuai oleh alunan rintik hujan

Bersama secangkir teh yang menemaniku
Terasa hangat mengalir membasahi sukmaku yang membisu

Dan memoriku tersadarkan
Ini pilu bagiku, menangis bukan ratapan

Hati berkata
Akankah ini berakhir...
Dengan akhir yang indah?
Ataukah sepedih luka?
Yang takkan berakhir
Menusuk lubuk hati ini

Bagai setitik pecahan beling
Dari gelas bir
Yang penuh dengan air murni
Air murni penyejuk hati
Yang menghilangkan dahaga
Hausku kini hilang

Puisi Kita - Ada Apa dengan Cinta?


Ada apa dengan cinta
Entahlah, aku tak mengerti
Mungkin ia telah berganti

Kadang aku tak memahami rasa seperti ini
Bahkan mungkin ini yang pertama kali
Kadang kurasa bertebaran di dada
Aku tak tau apa maunya!
Tapi tetap aneh rasa ini

Ingin kubuang semua kenangan
Tapi semua itu terasa sia-sia

Tuhan.. Bisakah Engkau menolong hambaMu ini?
Yang terus menerus diguncangkan gejolak kerinduan

Ya! Aku rindu padamu! Cinta!

Rindu yang mengusik rasa
Dan menimbulkan kepedihan
Perih dan tak terobati

Namun..
Apakah ini yang disebut cinta?
Datang tak dijemput, pulang tak diantar
Layaknya jelangkung
Yang tak tahu malu

Datang sekejap, pulang menghilang
Mengubah yang tadinya indah
Menjadi gundah

Puisi Kita - Kerinduanku


Duhai adinda...
Wajahmu indah bagai cincin saturnus
Berkilau di tengah malam di padang tandus
Yang bersinar di tengah kegelapan malam

Bagai bulan purnama di malam hari
Yang menerangiku dalam kegelapan

Oh, adinda, dapatkah kau melihatku di sini?
Melihatku yang sedang merindukanmu

Tanpamu di sisi, hati hampa bagai angin
Tanpamu, kilau matahari terlihat semburat kelabu
Bulan bagai lampu 5 watt
Yang artinya sekarat

Ini gila!
Aku tahu itu, aku selalu tahu
Tak ada rasa selain yang ada di hati ini

Cukup sulit untuk menyampaikan
Rasa yang membuat hatiku gundah
Yang mengusik lelapku di setiap malam
Menyeruak gending kuping

Resah..
Gelisah..
Tak menentu

Galau..
Menantikanmu..

Monday 23 June 2014

Puisi Kita - Warna


Pagi yang diselimuti awan kelabu
Mendung yang merangkuh jiwaku itu
Mentari enggan keluar dari peraduannya
Entah apa yang langit ingin katakan

Ingin aku mencari tahu
Apa gerangan yang terjadi
Hitam putih menjadi abu-abu
Abu-abu menjadi biru
Semua bercampur dalam rasa hidupku

Benar-benar bercampur segala rasa
Sedih, senang, khawatir bertabrakan mejadi satu

Hati ini tak henti-hentinya meraung mencari sebuah cahaya
Cahaya yang dapat terangi kamar di sudut sukma

Akan kau kembali dari sana, cinta?
Cinta yang selalu menemani
Dan menghampiri
Setiap langkah ini..
Da seluruh nafas ini..
Hanya untukmu

Malam yang dipenuhi gugusan bintang aries
Artis-artis bejat yang menghiasi tv
Bagaikan semut yang mengerumuni gula
Gula putih

Puisi Kita - Titik Terang


Wahai pelita di pagi hari!
Sinarmu sangatlah hangat
Bagai sang surya menyinari dunia
Cahayamu membuat semua bahagia
Yang berkilau di muka bumi ini
Bagai permata, berlian yang tak ternilai harganya

Yang membuat semua bermanfaat
Sinarmu mampu menghangatkanku
Sinarmu selalu menerangiku
Menemani setiap langkahku

Hilanglah semua duka laraku
Membuat hidupku terang benderang
Bagai hidup berang-berang

Semangat mencuat dari benak
Tak ada akhir, tak berawal
Yang terus menuntun hidupku
Menuju jalan yang tak menentu

Tapi aku kini terjatuh
Dalam lubang yang mendadak halangi mimpiku
Mimpi-mimpi yang terlahalagi ulangan harian
Mimpi tentang masa depan
Untuk meraih kesuksesan
Yang bersinar terang benderang

Puisi Kita - *tanpa judul*


Indah, lembayung itu sangat indah
Indah nan mempesona
Bak kesenangan sepanjang hari
Bertasbih aku menatapnya
Sambil terpana ku padanya

Mengingat keanggunannya..
Bagai aurora yang membelah kutub utara
Dingin dan lembut menusuk hatiku
Betapa senangnya diriku saat itu

Tapi aku bingung
Gundah gulana lubuk ini
Entah apa yang ku pikirkan

Ku rajut indahnya lembayung dalam memori
Mengingat masa yang menyejukan hati
Membuatku tersenyum sendiri
Tersenyum berseri-seri
Terasa gila hati ini

Dalan asap 76 pagi ini
Yang begitu khas rasanya
Secangkir kopi yang menemaniku tak mampu menghilangkannya
Sebut saja namanya kopi kapal api
Yang mengingatkanku pada kau yang berlabuh di dermaga hati ini
Semua ini tentang perasaanku, hidupku, bukan goresan puisi

Puisi Kita - Kecamuk


Kecamuk hatiku ini tiap kali menangkap hati
Tak sadarkah kau aku sedang meramal?
Dalam kesunyian hati ini
Dalam kehampaan hidup ini
Sepi tak berpenghuni
Dan mengharap arti
Dari hidup
Yang hakiki

Hingga kita mati
Tak kunjung selesai kecamuk dalam hatiku
Walaupun diriku tiada
Tak akan pernah hilang
Tak akan pernah musnah
Ka abadi di hati
Dikenang, tak akan lekang oleh waktu

Lalu kau datang pada semburat jingga
Ku temukan cahayaku kembali
Cahaya yang membuatku bangkit lagi
Sadarku muncuk kembali
Dalam permen relaxa yang mewangi
Dan susu segar dari kantin
Semua itu bercampur dalam memoriku
Memori ini terus berngiang di telinga, hingga akhir hayat

Puisi Kita - Hujan Berujung Derita


Ketika titik air jatuh membasahi bumi
Tanda kehidupan yang baru dimulai
Berawal dari setitik air mani
Hina dina awalnya kita
Hingga menjalar membuat dilema
Dan tumbuh menjadi dewasa
Kemudian menjadi seperti bocah lagi
Perputaran yang terus berlabuh
Berlabuh di dermaga-dermaga sunyi
Berdeting air tiada arti
Arti yang pasti
Dan terus meggantung
Membuat hampa dan kosong
Sunyi, sepi...
Gelap...

Ketika cinta bertasbih
Sunyi dalam sepi
Tak ada yang mengganggu
Di pojok ruangan itu
Aku sendiri

Namun, kumelihat setitik cahaya putih
Setitik cahaya harapan
Yang membuat hidupku kembali terang

Puisi Kita - Alunan Pagi


Pagi ini kicauan burung menyadarkanku
Merdu memainkan melodi pagi
Bertengger di bawah pelita pagi

Ku lipat selimut
Ku tata rapih bantal-bantalku

Masuklah aku ke dunia baru
Dengan senangnya ku memasuki dunia baru
Dunia yang penuh tantangan
Dunia yang mengajariku banyak hal
Dunia yang mengajarkanku akan kesederhanaan
Menyadarkanku akan keindahan
Keindahan yang menentramkan jiwa

Ku buka perlahan jendela untuk menyanbut dunia
Dengan semangat ku bayangkan
Dengan semarak ku kobarkan
Segala inspirasi ku wujudkan
Segala cinta ku berikan

Bunuh aku jika itu tak benar
Dan peganglah janji ini
Janji suci yang ku buat, beberapa tahun yang lalu
Dalam hutan peru di atas batu
Keras, tegas, berarti
Membuat hidup lebih berarti

Puisi Kita


Assalamu'alaikum,
Hai, Raxivenn!
Inget ga dulu waktu pelajaran Bahasa Indonesia kita pernah bikin puisi berantai?
Rencananya liburan kali ini aku mau posting semua puisi kita.
Untuk pembuka, berikut judul-judul beserta penulis cikal bakal puisinya.
Check this out!

Alunan Pagi - Alma Nuril Aliyah
Hujan Berujung Derita - Alya Darin Wijaya
Kecamuk - Anggia Dwi Cahyani
*tanpa judul* - Anisa Sri Nururrohmah
Titik Terang - Arsyadun Nafis
Warna - Hanifah Silviyani
Kerinduanku - Hilman Hidayat
Ada Apa dengan Cinta? - Ikmalun Natiq
Hancur - Islamiya Dwi Cahyani
Di Bumi - Luyyina Mujahidah Ats-Tsaury
Sakit - M. Ramdayanu Muzakki
Puisi dari 24 Teman - Maytika Dewi Ayu Shafira
Spirit, Inspirasi, Inovasi - Moh. Arridho Rifaldo
Waktu - Muhamad Ihsan
Perjuanganku - M. Aulia Rahman
Perut - M. 'Aunal Muthi'
Februari-April - M. Hanif Prasetia
Untitle - Nisita Pradipta
Bayangan Semu - Niswana Wafi Alfarda
Ibu - Rahadian Irsyad
Sang Juara - Salman Prawirayuda Purwanto
Luka - Savira Kiasaty
Harapan - Syifa Fauziyah
Cinta yang Berujung Mati - Taufiqur Rohman

>.<
Luyyinatsa

Followers

Powered by Blogger.