karena aku...
tak habis disitu kita juga kehilangan teman kita yang harus belajar diluar. memang bisa dibilang itu adalah perpisahan yang berat buat kita semua. tapi dengan pandangan optimis kita yakin kita semua pasti bisa melalui ini termasuk juga beliau yang belajar diluar.. bukitinya sekarang udah bisa ikut lomba matematika padahal dulunya langganan remed, dan udah bisa lebih dekat dengan cewek hehehe..
kita juga gak akan lupa saat ulang tahun bu Mira sehabis lomba saman. kita sama-sama menangis di kelas sosiologi .kita percaya bahwa kita ini bukan lagi teman kita ini keluarga. dan kita tutup kelas satu dengan bahagia dan naik kelas semua.
saat kelas dua kita sering kali berkumpul buat do'a bareng , makan bareng dan dengan acara dengan nama yang aneh-aneh. hehehe...
penulis baru sadar kenapa penulis sering kali mengumpulkan kalian ..
karena sesungguhnya penulis butuh tempat kembali, butuh tempat untuk sharing, butuh tempat untuk meluapkan rasa sayang , butuh do'a.
dan akhirnya penulis menyadari bahwa penulis membutuhkan kalian...
hehehe
-_-
Aduuh, Raka lagi galau nih. Makanya tiba-tiba jadi kangen maksimal sama kalian. Langsung deh pengen nulis di sini. Jadi, maaf lah kalo gaje. Hehe..
Btw, rasanya kok udah lama kita nggak ngumpul lagi.. Pada sibuk ya sekarang? Yah, wajar kok. namanya juga kelas sebelas. Kita dapet kelas baru, organisasi baru, kepanitiaan baru, urusan baru, semua-semuanya baru. Lah, sekarang kita malah udah kelas dua belas. Bakal makin banyak hal baru yang menanti di hadapan kita. Yah, apa pun itu. Nggak salah kok kalo kita mencintai hal-hal baru itu. Karena mencintai yang baru itu nggak harus melupakan cinta kita pada yang lama :)
Stay true on yourself, sobat! Dan ingatlah kalo kita semua akan selalu ada dalam ikatan kekeluargaan yang sama, Satu Dua Berjaya-nya Astonic, RAXIVENN.
Puisi Kita - Harapan
Aku bagaikan kertas kusam tak bernyawa
Yang menunggu kehidupan
Yang menantikan kedatanganmu kembali
Menanti dan terus menanti, hingga saat ini
Lalu kau datang membawa ini
Dengan senang kuterima ini
Membuat hatiku yang gelap menjadi bersinar
Memberikan seutas harapan
Harapan yang menarikku kembali ke kenyataan
Kenyataan yang begitu kuharapkan
Menjadikan hidupku memiliki arti
Tak kutemukan lagi kehampaan itu
Aku beranjak dari belenggu
Belenggu yang membuatku menunggu
Yang membuat hatiku kelabu
Dalam hilang gelap malam
Suatu hari kau kan datang padaku
Itulah hal yang sudah kutunggu
Kuingat selalu wajah manismu
Semanis lolipop di bawah sakura biru
Aku suka.
Manis..
Dan memberikan ketenangan hati
Puisi Kita - Luka
Daun berjatuhan
Angin bertiup kencang
Gemuruh memecah kesunyian
Gemercik air menghanyutkan
Badai kan datang
Yang menghembus hatiku
Menembus tajam
Setajam silet
Seperti angin yang berhembus kencang
Yang menusuk diriku dengan menyakitkan
Meninggalkan luka yang menbekas
Luka yang begitu dalam
Luka yang menggores hati ini
Membekas, tak pernah hilang
Yang takkan lekang oleh zaman
Obat apapun tak mampu menyembuhkan
Rasa sakit yang tak terobatkan
Bahkan oleh Betadine yang kubeli tadi siang
Apalagi Paramex yang baru saja kuminum
Tak mampu menghilangkan perih ini
Tapi ku yakin kau bisa menghilangkannya
Kau bagai cahaya pelita di hatiku
Walau begitu, masih ada pelita lain akan datangiku
Ini bukan akhir sebuah puisi, kasih...
Puisi Kita - Sang Juara
Kobaran api semangat membakar jiwa
Membakar jiwa, hati, dan raga
Membuatku bersemangat dalam hal apapun
Membuat diriku bergelora menghadapi masalah hidupku
Membuatku bersemangat
Kobar itu semakin membara
Membara, tak pernah mati
Bagai badai api yang berkobar di jiwa
Meghilangkan segala ketakutan yang pernah ada
Dengan segenap jiwa kukatakan..
"Hidup tak mungkin tanpa perjuangan!"
Dengan segenap hati kurasakan..
"Ah indahnya perang ini"
Perang yang tiada henti, menuntunku
Kubiarkan diriku terlena
Oleh alunan nada itu
Yang membuatku melangkah di tangga mimpi
Terjun ke dalam asa tentang menanti
Menanti yang tak pasti
Namun, semangat tak akan meredup
Semangat takkan pudar begitu saja
Walau 1001 kendala
Akan ku tempuh
Puisi Kita - Ibu
Wahai ibuku sayang
Yang selalu merindukanku
Yang selalu menyayangiku
Yang telah merawatku
Kaulah semburat cahaya di mataku
Kaulah cahaya yang selalu menerangiku
Menuntunku dengan penuh kasih
Mencintaiku selama detik berdentang
Dengan kasih sayang berlimpah
Sayang yang takkan punah
Kasih yang tak akan musnah
Berpaling dari hati ke hati
Hati yang tak menentu ini
Kembali terisi oleh bayanganmu
Bayangmu yang membuatku merasa ngilu
Harum masakanmu yang tak pernah musnahkan laparku
Goresan lekuk pensilmu yang menyayat hati
Kasih sayangmu...
Do'amu yang tiada henti
Pengabdianmu yabg tak tergantikan
Kasih sayangmu yang menyinari bagaikan matahari
Yang tat kala panas
IBU....
I love you...
Puisi Kita - Bayangan Semu
Aku semakin melayang
Dikala suaranya merdu terngiang
Seperti irama gentong di pagi buta
Langit yang mendung
Awan yang kelam
Bagaikan kelabunya hati ini
Yang mengharap cahaya di gulita
Aku pun terbang...
Menembus atmosfer yang garang
Menuju matahari yang benderang
Menikmati angin yang tenang
Dan melayang di angkasa luas
Bebas, tak ada yang menghalangi
Tak ada rantai lagi yang mengikatku
Tak ada yang menghalangi
Bebas!
Kurentangkan sayap jiwa ini
Aku merasa lega!
Bagai minum Adem Sari
Air terjun terbayang di ronggaku
Dalam lubang fullo yang gelap
Lagi-lagi kutenggelam dalam imaji
Yang tak tentu akhirnya
Puisi Kita - Untitle
Betapa aku merindukan rumah
Tempat singgah setiap harinya
Melepas semua penat
Mencurahkan isi kalbu
Mama, kau sangat berharga
Begitu berharganya dirimu
Emas dan berlian pun tak cukup untukmu
Bumi dan seisinya pun tidak bisa menggantikanmu
Bahkan alam semesta pun tak akan bisa menggantikan kehangatanmu
Aku menyayangimu
Aku mencintaimu
Di seti sujudku, kulantunkan do'a untukmu
Tetes air mata selalu membasahi
Setiap benak ini mengingat bayangmu
Yang tidak ada duanya di bumi ini
Apa lagi tiga di sini
Kalau kosong ku mungkin mati
Hanya kamu di hatiku
Tiada lain
Tiada bukan hanya bayangmu
Oh, kekasih...
Di mana lagi air yang senantiasa sejukanku
Di mana lagi kutemukan sinar itu
Sinar yang ada dalam hidupku
Puisi Kita - Februari-April
Oh, Februari, betapa sialnya aku
Mengapa harus aku yag mengalaminya
Tak kusangka kau pergi bagaikan angin lalu
Tanpa meninggalkan jejak
Tanpa sedikit pun pesan
Meninggalkanku sendiri di tengah kesunyian
Membuatku bingung apa yang harus kulakukan
Aku sedih, aku gundah
Aku hilang arah
Tapi sedikit cahaya mengenai hatiku
Engkau yang sore itu datang padaku
Tak kusangka kaulah yang aku cari
Sungguh gembira hati ini mengetahui
Bahwa dirimu Arjuna penjemput Srikandi
Hati melayang tak bersayap, terhayut dalam angan
Angan akan bayangmu
Yang semakin terngiang
Setiap hari, setiap waktu
Terus berjalan bahkan berputar
Sampai pusing..
Oh, April, april mop
Waktu orang-orang usil
Dan (kau buatku)* tetap tangguh
*tulisan kurang jelas, kebacanya ini
Puisi Kita - Perut
Perut...
Engkau merupakan tempatku merasa kenyang
Kau buatku melupakan kerinduan
Sampai kau sadar kelaparan ini tiada usai
Perut...
Tahukah kau?
Merananya diri ini
Menahan sesuatu yang tak dapat diungkapkan
Perutku...
Engkau begitu indah
Indah tiada tara
Yang tak ada duanya
Apalagi jika perutku digoyangkan
Menimbulkan rasa yang tak terjelaskan
Suara aneh pun terdengar
Perut...
Engkau.. Ah!
Sulit kuungkapkan
Aku tidak mempunyai kata yang tepat
Minta diisi lagi katamu?
Isi aja pake BBM
Biar bisa lari kenceng
Tapi kau lah pusat kehidupan
Puisi Kita - Perjuanganku
Ketika kuberpijak di tanah ini
Kupikirkan apa yang kan kulakukan
Tetapi aku tidak pernah menemukan jawabannya
Mengapa? Apa yang salah denganku?
Aku tak mengerti
Mungkin inilah awal dari masa depan
Kurengkuh puluhan mentari impianku
Dengan semangat yang penuh
Entah apa daya aku ini
Keluh dan peluh
Menghadapi UH ini
UH yang tak ada habis-habisnya
Tapi itulah kodrat yang tertulis
Oh, UH! Kapankah engkau selesai?
Tak tahukah dirimu betapa dalam kau sakiti otak ini
Menyakitkan ketika kau lakukan itu
Sakit yang tak berujung
Hingga pikiranku kacau
Kacau balau tak terkendali
Sampai tak tahan lagi
Ingin berak..
Di hati ini..
Bukan di hati itu..
Puisi Kita - Waktu
Hari-hari terus berlalu
Berubah menjadi Minggu
Kembali dan berputar lagi ke Minggu
Dan begitu seterusnya, Minggu-minggu kulalui
Minggu berganti bulan, bula berganti tahun
Tahun pun menjadi asaku. Sungguh penyesalan kulalui
Tak sanggup mulut ini bersua
Hanya hati mengerang-erang
Hati yang mengeluh kesah
Putus asa
Hingga..
Tak tahu harus kemana
Seakan tak berguna
Penantianku..
Yang telah lama ini..
Pasti akan berakhir
Berakhir denfmgan pasti
Ketika itu terjadi betapa leganya diriku
Membuat segalanya berubah
Yakinkanku kembali untuk menatap pagi
Pagi yang begitu cerah
Menjadikan hariku kembali menjadi indah
Membawa kembali senyuman yang merekah
Yang sempat hilang entah kemana
Puisi Kita - Spirit, Inspirasi, Inovasi
Ulangan menumpuk, tugas menumpuk, pikiran tertumbuk..
Hati berkata "kuatkah aku?"
Kupandangi pepohonan di luar jendela, khawatir
Apakah ku kan maju atau jatuh?
Hatiku berkata.. MAJUUU!
Namun kau terus saja menahan langkahku
Cukup, kau terlalu menekanku
Dalam suasana tegang ini
Sampai kapan harus begini?
Aku tak tahan lagi, Tuhan
Berikan aku SPIRIT
Aku harus kuat
Tak boleh menyerah
Walau aku tahu
Aku sangat lemah
Tak bisa melakukan apa-apa
Aku tetap berusaha
Karena ku tahu bumi tidak akan berhenti berputar
Tak kan pernah diam
Ku jalani hari, meraih itu
Mencoba untuk menata langkahku
Mencari inspirasi
Mencari inovasi
Puisi Kita - Puisi dari 24 Teman
Semburat merah senja ynag indah
Sang surya yang mulai muncul
Hatiku entah kemana rasanya
Membawa mata ke sana ke sini
Hatiku terenyuh mengingat hal itu
Hal yang tak ingin kuingat kembali ke dalam memori
Memoriku terus berdentang, sunyi senyap kurasa
Dan kabut kerinduan kembali menyeruak
Malam pun semakin gulita menggelap
Bintang meyinari malam ini
Bulan menampakkan keagungannya
Langit bagaikan lukisan Sang Maha Karya
Dalam gelap gulita
Yang sunyi ini
Spektrum aurora yang menggoda
Membuat hati merona
Membuatku ingin meraihnya
Untuk menerangi hatiku yang gelap
Dan mewarnai hari-hariku
Dan melengkapi serpihan hati yang remuk
Hati yang hancur
Kembali bersemi, bagai tulip di musim semi
Mencerahkan hariku kembali
Puisi Kita - Sakit
Tak kusangka kan jadi begini
Kau menusukku dari belakang
Sungguh hina sukapmu itu
Namun hati ini tak juga luluh
Tega sekali hati terperih seperti ini
Hati yang penuh dengan kesedihan
Kau hancurkan segalanya
Berkeping-keping tak bersisa
Bagai butiran debu
Tak kusangka, kau gunting dalam lipatan
Kau menusuk bagai api dalam sekam
Membara di dalam hati yang muram
Membusuk bagai bangkai
Bau bagai sampah
Menghancurkan segalanya
Mumusnahkan kesedihan dalam hati
Menggoreskan luka yang begitu dalam
Dalam, lebih dalam dari lautan dalam
Dan kau pergi tanpa belas kasih
Meninggalkanku sendiri dalam sepi
Sepi yang sama dengan sunyi
Sunyi yang terus menghampiri
Hingga kugosok dengan LPG
Puisi Kita - Di Bumi
Mulai berpijak
Perlahan namun pasti kulihat
Menuju ke arah yang hebat
Kita selalu melihat
Sesuatu yang tersirat
Dalam kata yang tak berujung
Hingga akhirnya kusadari
Bahwa kita pasti bisa!
Perjuangan ini belum berakhir
Dan pasir pun akan jadi batu lagi
Gunung menciut menjadi padang asa
Air yang mengalir
Menampakkan ketenangan
Setenang telaga mata air pagi
Di saat hilangnya kesunyian...
Perlahan ku berpijak
Sembari shuffle di bumi
Lalu melakukan dance di laut
Dengan percaya diri ku berdansa
Dengan seorang penari yang luar biasa
Bergerak ke kiri dan ke kanan
Seperti lagu potong bebek angsa
Yang dinyanyikan dengan ceria
Puisi Kita - Hancur
Mendung pagi mengawali hari ini
Warna langit tak ceria
Burung terdiam tak bernyanyi
Raut wajah mengharu biru
Hujan yang mulai turun
Membasahi relung hatiku
Alangkah nyaman hati yang terbuai
Terbuai oleh alunan rintik hujan
Bersama secangkir teh yang menemaniku
Terasa hangat mengalir membasahi sukmaku yang membisu
Dan memoriku tersadarkan
Ini pilu bagiku, menangis bukan ratapan
Hati berkata
Akankah ini berakhir...
Dengan akhir yang indah?
Ataukah sepedih luka?
Yang takkan berakhir
Menusuk lubuk hati ini
Bagai setitik pecahan beling
Dari gelas bir
Yang penuh dengan air murni
Air murni penyejuk hati
Yang menghilangkan dahaga
Hausku kini hilang
Puisi Kita - Ada Apa dengan Cinta?
Ada apa dengan cinta
Entahlah, aku tak mengerti
Mungkin ia telah berganti
Kadang aku tak memahami rasa seperti ini
Bahkan mungkin ini yang pertama kali
Kadang kurasa bertebaran di dada
Aku tak tau apa maunya!
Tapi tetap aneh rasa ini
Ingin kubuang semua kenangan
Tapi semua itu terasa sia-sia
Tuhan.. Bisakah Engkau menolong hambaMu ini?
Yang terus menerus diguncangkan gejolak kerinduan
Ya! Aku rindu padamu! Cinta!
Rindu yang mengusik rasa
Dan menimbulkan kepedihan
Perih dan tak terobati
Namun..
Apakah ini yang disebut cinta?
Datang tak dijemput, pulang tak diantar
Layaknya jelangkung
Yang tak tahu malu
Datang sekejap, pulang menghilang
Mengubah yang tadinya indah
Menjadi gundah
Puisi Kita - Kerinduanku
Duhai adinda...
Wajahmu indah bagai cincin saturnus
Berkilau di tengah malam di padang tandus
Yang bersinar di tengah kegelapan malam
Bagai bulan purnama di malam hari
Yang menerangiku dalam kegelapan
Oh, adinda, dapatkah kau melihatku di sini?
Melihatku yang sedang merindukanmu
Tanpamu di sisi, hati hampa bagai angin
Tanpamu, kilau matahari terlihat semburat kelabu
Bulan bagai lampu 5 watt
Yang artinya sekarat
Ini gila!
Aku tahu itu, aku selalu tahu
Tak ada rasa selain yang ada di hati ini
Cukup sulit untuk menyampaikan
Rasa yang membuat hatiku gundah
Yang mengusik lelapku di setiap malam
Menyeruak gending kuping
Resah..
Gelisah..
Tak menentu
Galau..
Menantikanmu..
Puisi Kita - Warna
Pagi yang diselimuti awan kelabu
Mendung yang merangkuh jiwaku itu
Mentari enggan keluar dari peraduannya
Entah apa yang langit ingin katakan
Ingin aku mencari tahu
Apa gerangan yang terjadi
Hitam putih menjadi abu-abu
Abu-abu menjadi biru
Semua bercampur dalam rasa hidupku
Benar-benar bercampur segala rasa
Sedih, senang, khawatir bertabrakan mejadi satu
Hati ini tak henti-hentinya meraung mencari sebuah cahaya
Cahaya yang dapat terangi kamar di sudut sukma
Akan kau kembali dari sana, cinta?
Cinta yang selalu menemani
Dan menghampiri
Setiap langkah ini..
Da seluruh nafas ini..
Hanya untukmu
Malam yang dipenuhi gugusan bintang aries
Artis-artis bejat yang menghiasi tv
Bagaikan semut yang mengerumuni gula
Gula putih
Puisi Kita - Titik Terang
Wahai pelita di pagi hari!
Sinarmu sangatlah hangat
Bagai sang surya menyinari dunia
Cahayamu membuat semua bahagia
Yang berkilau di muka bumi ini
Bagai permata, berlian yang tak ternilai harganya
Yang membuat semua bermanfaat
Sinarmu mampu menghangatkanku
Sinarmu selalu menerangiku
Menemani setiap langkahku
Hilanglah semua duka laraku
Membuat hidupku terang benderang
Bagai hidup berang-berang
Semangat mencuat dari benak
Tak ada akhir, tak berawal
Yang terus menuntun hidupku
Menuju jalan yang tak menentu
Tapi aku kini terjatuh
Dalam lubang yang mendadak halangi mimpiku
Mimpi-mimpi yang terlahalagi ulangan harian
Mimpi tentang masa depan
Untuk meraih kesuksesan
Yang bersinar terang benderang
Puisi Kita - *tanpa judul*
Indah, lembayung itu sangat indah
Indah nan mempesona
Bak kesenangan sepanjang hari
Bertasbih aku menatapnya
Sambil terpana ku padanya
Mengingat keanggunannya..
Bagai aurora yang membelah kutub utara
Dingin dan lembut menusuk hatiku
Betapa senangnya diriku saat itu
Tapi aku bingung
Gundah gulana lubuk ini
Entah apa yang ku pikirkan
Ku rajut indahnya lembayung dalam memori
Mengingat masa yang menyejukan hati
Membuatku tersenyum sendiri
Tersenyum berseri-seri
Terasa gila hati ini
Dalan asap 76 pagi ini
Yang begitu khas rasanya
Secangkir kopi yang menemaniku tak mampu menghilangkannya
Sebut saja namanya kopi kapal api
Yang mengingatkanku pada kau yang berlabuh di dermaga hati ini
Semua ini tentang perasaanku, hidupku, bukan goresan puisi
Puisi Kita - Kecamuk
Kecamuk hatiku ini tiap kali menangkap hati
Tak sadarkah kau aku sedang meramal?
Dalam kesunyian hati ini
Dalam kehampaan hidup ini
Sepi tak berpenghuni
Dan mengharap arti
Dari hidup
Yang hakiki
Hingga kita mati
Tak kunjung selesai kecamuk dalam hatiku
Walaupun diriku tiada
Tak akan pernah hilang
Tak akan pernah musnah
Ka abadi di hati
Dikenang, tak akan lekang oleh waktu
Lalu kau datang pada semburat jingga
Ku temukan cahayaku kembali
Cahaya yang membuatku bangkit lagi
Sadarku muncuk kembali
Dalam permen relaxa yang mewangi
Dan susu segar dari kantin
Semua itu bercampur dalam memoriku
Memori ini terus berngiang di telinga, hingga akhir hayat
Puisi Kita - Hujan Berujung Derita
Ketika titik air jatuh membasahi bumi
Tanda kehidupan yang baru dimulai
Berawal dari setitik air mani
Hina dina awalnya kita
Hingga menjalar membuat dilema
Dan tumbuh menjadi dewasa
Kemudian menjadi seperti bocah lagi
Perputaran yang terus berlabuh
Berlabuh di dermaga-dermaga sunyi
Berdeting air tiada arti
Arti yang pasti
Dan terus meggantung
Membuat hampa dan kosong
Sunyi, sepi...
Gelap...
Ketika cinta bertasbih
Sunyi dalam sepi
Tak ada yang mengganggu
Di pojok ruangan itu
Aku sendiri
Namun, kumelihat setitik cahaya putih
Setitik cahaya harapan
Yang membuat hidupku kembali terang
Puisi Kita - Alunan Pagi
Pagi ini kicauan burung menyadarkanku
Merdu memainkan melodi pagi
Bertengger di bawah pelita pagi
Ku lipat selimut
Ku tata rapih bantal-bantalku
Masuklah aku ke dunia baru
Dengan senangnya ku memasuki dunia baru
Dunia yang penuh tantangan
Dunia yang mengajariku banyak hal
Dunia yang mengajarkanku akan kesederhanaan
Menyadarkanku akan keindahan
Keindahan yang menentramkan jiwa
Ku buka perlahan jendela untuk menyanbut dunia
Dengan semangat ku bayangkan
Dengan semarak ku kobarkan
Segala inspirasi ku wujudkan
Segala cinta ku berikan
Bunuh aku jika itu tak benar
Dan peganglah janji ini
Janji suci yang ku buat, beberapa tahun yang lalu
Dalam hutan peru di atas batu
Keras, tegas, berarti
Membuat hidup lebih berarti
Puisi Kita
Assalamu'alaikum,
Hai, Raxivenn!
Inget ga dulu waktu pelajaran Bahasa Indonesia kita pernah bikin puisi berantai?
Rencananya liburan kali ini aku mau posting semua puisi kita.
Untuk pembuka, berikut judul-judul beserta penulis cikal bakal puisinya.
Check this out!
Alunan Pagi - Alma Nuril Aliyah
Hujan Berujung Derita - Alya Darin Wijaya
Kecamuk - Anggia Dwi Cahyani
*tanpa judul* - Anisa Sri Nururrohmah
Titik Terang - Arsyadun Nafis
Warna - Hanifah Silviyani
Kerinduanku - Hilman Hidayat
Ada Apa dengan Cinta? - Ikmalun Natiq
Hancur - Islamiya Dwi Cahyani
Di Bumi - Luyyina Mujahidah Ats-Tsaury
Sakit - M. Ramdayanu Muzakki
Puisi dari 24 Teman - Maytika Dewi Ayu Shafira
Spirit, Inspirasi, Inovasi - Moh. Arridho Rifaldo
Waktu - Muhamad Ihsan
Perjuanganku - M. Aulia Rahman
Perut - M. 'Aunal Muthi'
Februari-April - M. Hanif Prasetia
Untitle - Nisita Pradipta
Bayangan Semu - Niswana Wafi Alfarda
Ibu - Rahadian Irsyad
Sang Juara - Salman Prawirayuda Purwanto
Luka - Savira Kiasaty
Harapan - Syifa Fauziyah
Cinta yang Berujung Mati - Taufiqur Rohman
>.<
Luyyinatsa
Namanya "TITANUS" #1
Waaaaaaah~
Minggu yang indah ya? hohoo
Hari ini kita abis meghadiri acara titan Satudua Berjaya persembahan dari Oxevii loooh. Dan prediksiku kemaren ternyata bener. Yang akhwatnya ga lengkap. Kalau Cipaw sih emang lagi ke Bandung, lagi ada pembinaan buat OSP, Salman juga ke sana. Tapi kalau Alya, Tika, Sita, dan Savira emang ga dateng. Savira ga dateng mungkin karena ngerasa ga enak karena ga ada adik dan kakak absennya di sana, tapi kalau ALya, Tika dan Sita kayaknya emang belum balik reguler deh .__.
Namanya "TITANUS". Sedikit menyeramkan. Itu nama penyakit kan ya (Tetanus)? Entah kenapa sejak tahun lalu nama titannya Satudua selalu nama penyakit, dan itu mengerikan. Kemaren bintitan, sekarang malah kena titanus. Kasian baget satudua. Titan satudua kali ini.... masih istiqomah, di depan perpus! :D Teras luas depan perpus memang sudah jadi turun temurun tempat buat ngumpul satudua. Cuma titan kemaren doang sih yang agak beda, di RKB. Mungkin waktu itu mereka belum tau kesakralan depan perpustakaan bagi Satudua. Wajarlah, masih anak baru.
Cerita tentang jalannya acara titan belum aku tulis tapi waktu sudah menunjukkan pukul 9.48 PM. Semoga ga cepet-cepet diusir.
Woke, kita mulai sajaaaaa...
Titan kali ini undanganya seragaman. Semuanya udangannya sama, hasil print. Diundangan tertulis "Minggu, 25 Mei 2014, Jam 01.00 PM" dan ternyata jam 1 itu persiapan mereka belum selesai. Kita baru dipanggil setelah sekitar jam 2an. Setelah sampai di lokasi (depan perpus) kita lngsung ambil posisi duduk masing-masing. Dan ga lama, acara pun dimulai. MCnya Hanafi dan Wasfa, adik absennya ahyan dan Anggia. Acaranya ada games, perform, games, MAKAN, dan kumpul absen (ini yang paling menyedihkan).
Games yang pertamana main tebak kata yang disampaikan dengan gerak. Kelompok (kelompok 2 dan 3) dikasih hukuman selfie sekelompok. Di Kelompok 2 ada Ihsan si tangan panjang yang sudah mahir berselfie ria.
Tidaaaaaak sudah jam 9.58!!!!
Ah tdaaaak, ini ko udah diusir sih? -__-
Yaudah deh, ceritanya segini dulu yaaa, dilanjut kalau ada waktu.
See ya!
Wassalam!
"BINTITAN" - OGRE Satu Tahun Lalu
Hai haaaaaaii, kembali lagi bersama Lulu di sini :D/
Masih inget foto yang di atas ga?
Foto waktu acara apa coba?
Yap, bener banget! itu foto waku titan yang kita beri nama "BINTITAN" satu tahun lalu.
Ga kerasa, udah satu tahun. Sekarang bukan kita lagi yang ngundang titan, tapi kita yang diundang. Ini udah masuk bulan Mei, lagi musim-musimnya titan. Kata anak Oxeviir sih rencaranya titan Satudua Berjaya mau diadain hari ini (Sabtu, 24 mei 2014), tapi berhubung kelas 12 nya lagi try out akhirnya titannya diundur jadi besok (Minggu, 25 Mei 2014) siang. Lagi jadwal reguler akhwat .____. sedikit ragu yang hadir bakal lengkap.
Musinmya titan gini jadi inget tahun lalu waktu kita sama-sama nyiapin titan dan berusaha ngasih yang terbaik semampu kita buat buat bayar titan sebelumnya yang menurut kita sendiri garing tapi menurut kakak-kakaknya asik-asik aja. Tapi tetep, kita harus ngasih yang terbaik! Udah agak sedikit samar-samar apa aja yang terjadi saat itu. Sepertinya aku harus buka jurnalku buat nginget-nginget lagi. Yang jelas aku inget gimana rempongnya Alma menjadi MM titan, mahirnya Syipaw mendekati Pak Oji buat minta izin acara, gajenya Topik pas mimpin "pleno" titan, rajinnya Aun ngumpulin gelas plastik bekas jus buat alas lilin, penuhnya kamarku gara-gara dijadiin markas dekorasi, kamarnya Sita yang ada persis disebrang kamarku yang dijadiin markas buat bikin konsum (jelly), pemindahan lokasi titan yang semulanya di samping wisma jadi di depan perpus gara-gara pas sorenya hujan, ngeprint foto buat dijadiin salah satu ornamen dekorasi di kopin sampe abis lebih dari 50 ribu, anak Raxi yang masangin lilin-lilin setelah maghrib, dan masih banyak lagi.
Hingga pada puncaknya, malam itu banyak lilin-lilin menyala di lantai (sayangnya aku gapunya fotonya). Daerah depan perpustakaan dan depan ROM disulap jadi tempat paling romantis di IC. Entah siapa yang masangin lilin-lilinnya, itu keren banget! (lilinnya). Satu per satu kakak-kakak Galexvier dan Oxovus dateng. Anggia dan beberapa anak cewe lainnya nyamperin kakak-kakaknya buat ngisi daftar hadir. Turut serta juga bu Mira yang kita undang secara spesial.
Aku ga terlalu inget gimana acara itu dibuka, yang jelas ditengah acara satudua daru tiap angkatan mempertontonkan penampilannya masing-masing. Raxivenn dengan saman putranya, Galexvier dengan bergandengannya (?) (lupa mereka ngapain), dan Oxovus dengan korea-koreaannya, ada juga nyanyi bareng ka Rofinya. Dan yang paling bikin heboh, video klip anak-anak raxi dengan Nafis sebagai pemeran utamanya :D Hingga akhirnya acaranya ditutup dengan pembacaan puisi oleh Anggia.
Aaaaa! Jadi terharu nih inget masa dulu :')
Ohiya, satu lagi yang aku ga bakal lupa!
Kain background "spanduk" titan yang ditempelin kertas-kertas berlambangkan satudua berjaya dan ada gambar OGREnya itu adalah Sprei aku -____- aku gak akan lupa.
Ya, segitulah beberapa memoriku yang samar-samar tentang titan tahun lalu.
Kenangan indah di akhir masa junior :)
Ya, sekian dulu flashbacknya.
Wassalam!
Masa Depan Sang jurnal
Akhirnya aku bisa bercerita tentang KITA lagi.
Seperti yang dapat kalian lihat dari judul postingan ini "Masa Depan Sang Jurnal". Di postingan ini aku bakan menuliskan secara jelas kesepakatan yang telah kita sepakati (?) tadi malem atas kelanjutan hidup sang jurnal.
Bearwal daripertanyaan yang melintas di pikiran :
"Kalo kita udah lulus nanti (aamiin) jurnal kita mau dipegang siapa?"
Nah loh...
Pernyataan itu juga sempet terlinatas di pikiran aku, mungkin di pikiran anak raxivenn lainnya. Tapi solusi yang ditawarkan oleh Taufiq dan Aldo sama sekali belum pernah melintas.
Jadi, ceritanya gini...
Tadi malem (13 Februari 2014) ba'da isya ada announce "To all members of raxivenn (3x) please come to the left side of masjid right now!"
Aku yang lagi ngelipet mukena sambil ngobrol sama Kak Fadiya langsung terkejut (lebaaaay) denger announce itu (mungkin yang lain juga sama kagetnya kayak aku).
Agak ragu juga itu beneran manggil raxivenn atau cuma halusinasi (?) aku aja. Soalnya kan lagi ngobrol, jadi ga terlalu dengerin announce .__.v Aku tengok kirai-kanan, lalu melihat Najwa yang juga lagi ngelipet mukena
"Najwa, tadi announce buat raxivenn?"
"Iya, ka"
"Waaaaah"
Aku kegirangan (ga juga sih) dan langsung caws ke left side bareng Hani, Sipaw, dan anak-anak Venn lainnya.
Nampak Topik, Ian, dan yang lainnya udah nunggu di sana,. Setelah banyak yang dateng, barulah Topik angkat bicara.
"Jadi, tadi siang tuh gua dan Aldo mikir: kalo kita udah lulus nanti, jurnal siapa yang megang?"
"Gue sama Aldo mikir: Gimana kalo yang megang jurnal adalah orang yang pertama kali nikah?"
Jederrrrr!!!!!
Ide bagus. Eh salah, Ide Topik :D
Berawal dari Ide yang Topik banget itu (bukan Bagus banget) kita jadi sedikit ngelantur ke mana-mana. Udah biasaaaa~
Sangat menghibur.
Kembali mengisi bahan bakar cinta (?) yang sempet...... apa?
*bingung milih kata-kata*
Malam itu bulan purnama.
Pertemuan singkat malam itu kita tutup dengan do'a rabithah yang dipimpin oleh Syipaw :)
Semoga Allah selalu dan semakin mengutkan kita.
Aaamiin...